“Penjaga warung : Mau beli apa?
Orang Bali : Minyak gas ada?
Penjaga warung : Maksudnya? Sampean mau beli minyak atau gas?”
Penggalan cerita di atas merupakan cerita tentang orang Bali yang pertama merantau di daerah lain. Tidak jelas diingatan saya siapa yang menceritakannya kisah kocak tersebut, tetapi selalu membuat saya tersenyum sendiri ketika mengingatnya. Sedikit referensi untuk orang non-Bali, minyak gas adalah terjemahan harafiah dari ‘lengis gas’, sebutan orang Bali untuk minyak bumi.
Saya yakin banyak di antara teman-teman yang kadang-kadang kebingungan ketika berbicara dengan orang Bali, terutama yang memiliki logat daerah yang kental. Saya harap artikel saya ini bisa paling tidak membantu teman-teman untuk mengerti logat sedikit lebih baik.
Logat Bali yang paling lumrah terdengar dari orang Bali itu sendiri mungkin pengucapan huruf ‘T” yang cendrung terdengar seperti “Th” seperti dalam kata taruh, tidak, dan tahu. Ciri lain ialah suara huruf “F” dan “V” yang tidak ada dalam bahasa daerah Bali. Jadi orang Bali sering mengantinya dengan huruf “P”. Contohnya dalam kata parfum, daftar, dan vaksin yang menjadi parpum, daptar, dan paksin.
Beberapa ucapan khas juga terdapat dalam huruf hidup vocal. Suara huruf /i/ tajam, misalnya, diganti dengan /i/ rendah seperti dalam kata: putih, sakit, dan sepi. Huruf “a” diganti dengan e, terutama dalam nama. Seperti nama saya sendiri, Soma, yang dipanggil Some.
Dalam hal kosakata, Bahasa Indonesia logat Bali memiliki beberapa kata unik dan ada juga bahasa Indonesia yang maknanya sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Berikut beberapa contoh kata dan konteksnya.
Dikasi minta
Frase ini diterjemahkan mentah-mentah dari bahasa Bali ‘baange ngidih’ yang artinya ‘dikasih’.
Contoh:
Made : Gelangnya bagus. Beli di mana?
Ketut : Oh ini. Dikasih minta sama kakak saya.
Lagi satu
Ketika orang Bali meminta tambahan barang atau makanan, saat berbelanja contohnya, mereka bilang ‘lagi satu’ sebagai ganti ‘satu lagi’.
Contoh:
Dagang bakso : Mau tambah telur pak?
Komang : lagi satu ya mas.
Dapat
Kata ‘dapat’ dalam konteks tertentu berarti ‘sempat’.
Contoh:
Nyoman : Ke mana saja kemarin?
Gede : Saya dapat pulang kampung.
Ada
Ada sering ditambahkan dalam kalimat meskipun tidak diperlukan.
Joblar : Ada keluar entar malem?
Koncreng : Tidak ada.
Nae
Nae merupakan penekanan yang kurang lebih sama artinya dengan ‘dong’ dalam logat Jakarta.
Wayan : Kadek, tunggu saya
Kadek : Cepet na’e.
Men
Kata penekanan yang sepadan dengan kata ‘terus’ dalam konteks tertentu.
Contoh:
Kompyang : Kenapa kamu diam saja tadi pas rapat?
Putu : Men, saya harus bilang apa?
‘Tidak tahu apa’
Kata ini sebagai ganti ‘tidak tahu apa-apa’
Contoh:
Ngurah : Siapa yang mengambil pulpen saya?
Iluh : Saya tidak tahu apa.
Mudah-mudahan teman-teman lebih memahami logat Bali meskipun masih banyak sebenarnya ciri-ciri khas yang tidak saya jabarkan dalam artikel ini. Untuk mendengarkan langsung logat Bali, silakan simak video di bawah ini.